Minggu, 16 Oktober 2016

Makalah Psikologi Persepsi dan Sensasi






BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Sensasi dan Persepsi
1.      Sensasi
Sensasi (sensation) berasal dari bahasalatin sensatus yang berarti di anugrahi dengan indra atau intelek, atau dari kata sense yang artinya alat indra yang menghubungkan organisme dengan lingkungan. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Sensasi adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris (enegi fisik dari lingkungan) melalui pengindraan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna. Yang sangat berperan dalam sensasi ini adalah alat indra. Karena sensasi merupakan penerimaan stimulus (rangsangan) melalui indera, dan sensasi lebih cenderung hubungannya dengan perasaan.Dan alat penginderaan itulah yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi itu sebagai proses atau pengalaman elementer yang timbul apabila satu perangsang merangsang satu reseptor atau proses merasakan.
a.       Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sensasi
Bagian penting dari teori deteksi sinyal yang berpengaruh besar terhadap psikologi adalah implikasinya dalam pembelajaran ambang penginderaan.  Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa ambang penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor yang mempengaruhi ambang penginderaan adalah :
·         kekuatan sinyal;
·         sifat-sifat tugas/pekerjaan;
·         harapan individu;
·         konsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau hukuman;
·         norma/standar/ukuran yang dikenakan individu.
Pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi ambang penginderaan manusia di atas memungkinkan kita untuk memahami mengapa dan bagaimana individu hanya menerima stimulus/informasi tertentu darin sekian banyak.
b.      Teori Sensasi
Sensasi (sensation) mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umunya berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. beserta stimulasi yang mempengaruhi mekanisme-mekanisme tersebut.
Deteksi energi fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh benda-benda fisik, sel-sel tubuh yang melakuakan penderteksi ini, organ inderawi ( mata, telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses penginderaan menyadarkan kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen kesadaran yang lain. Tanpa sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti sesungguhnya dunia nyata.Tapi untuk membuat dunia yang mendera indera kita menjadi sesuatu yang masuk akal.

Ø  Sensasi Normal
Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap pengalaman sensori.Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu.
Ø  Sensasi Murni
Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya  yang telah kita lihatsebelumnya.sensasi murni itu terjadi mungkin dalam peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat (Mahmud, 1990:41)
2. Persepsi
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya.Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.Secara etimologis, persepsi (perception) berasal dari bahasa Latin perception, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Persepsi itu sendiri adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka dan seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan. Dengan kata lain,persepsi itu adalah sebuah respons yang kita berikan akibat dari sensasi yang kita terima dan respons tersebut cenderung berhubungan dengan pengalaman kita. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.
Menurut Yusuf (1991:108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek, persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
B.     Persepsi Teori Gestalt
1. Sejarah munculnya teori Gestalt
Orang yang dipandang menjadi perintis langsung psikologi Gestalt ialah Chr.von Ehrenvels, dengan karyanya Uber Gestaltqualitation( 1890 ). Berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molecular, aliran ini menekankan pentingnya keseluruhan. Pokok pikiran aliran ini ialah :
·         Gestalt mempunyai sesuatu yang yang melebihi jumlah unsur-unsurnya, dan
·         Gestalt itu timbul lebih dahulu daripada bagian-bagian.
Selanjutnya orang yang dipandang benar-benar sebagai pendiri aliran ini ialah Wertheimer.Eksperimen-eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung (gerak semu) memberikan kesimpulan, bahwa pengamatan mengandung hal yang melebihi jumlah unsur-unsurnya.Ini adalah gejala Gestalt. Penelitian dalam bidang optik ini kemudian juga di pandang berlaku (kesimpulan serta prinsip-prinsipnya) di bidang lain, seperti misalnya di bidang belajar. Lebih jauh eksperimen-eksperimen W. Kohler dengan chimpanse yang dilakukan di pulau Tenerife (1913 – 1917) memberikan kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan dengan teori-teori molekular. Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Ketika para ahli psokologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar,maka hasil-hasil yang telah kuat/sukses dalam pengamatan itu di bawanya dalam studi mengenai belajar, dan alasan-alasan yang dulunya di tujukan terhadap teori asosiasi kini di lancarkan terhadap teori refleks bersyarat, dan teori-teori refleks yang lain. Tokoh utama yang merumuskan transfer dari pengamatan ke belajar ini ialah Koffka.Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat di transfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.
2. Pengertian Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas.Data-data yang paling penting dalam psikologi Gastalt adalah phenomena (gejala).Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme.Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
3.Aplikasi Teori Belajar Gestalt
a)      Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1)       Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2)      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
3)       Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4)      Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5)      Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
b)       Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
·         Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
·         Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
·            Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
·         Latihan :Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
·         Trial and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan  melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
c)      Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental.Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.
C.Persepsi sosial
Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Atau dengan kata lain persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap oleh inderawi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Namun demikian seperti telah dipaparkan diatas, karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang masing-masing mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan dapat berengaruh dalarn mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka  ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi.
2. Situasi atau keadaan sosial yang melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan orang yang mempersepsi.
Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi sosial yang melatar belakangi stimulus person berbeda akan berbeda hasil persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi akan berpengaruh dalam seseorang mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas dasar pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi akan lain hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yang melatar-belakangi stimulus person juga akan ikut berperan dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang melatar belakangi berbeda, hal tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkan kekerasannya, hal tersebut akan mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya.Karena itu situasi sosial yang melatar belakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam persepsi, khususnya persepsi social.
Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi social yang sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi social yang berbeda tentang stimulus yang ada dilingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh social budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motiv individu, dan kepribadian individu. Lebih jauh, sarwono (2002) menambahkan bahwa persepsi social juga sangat tergantung pada komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya akan mempengaruhi persepsi diantara keduanya. Komunikasi disini menurut Sarwono (2002) bukan hanya sebatas komunikasi verbal melainkan juga komunikasi non-verbal yang terjadi antara keduanya, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.

Selanjutnya, persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi social (akan dibahas selanjtnya), yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1.  Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2.  Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3.  Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling berkaitan, yaitu:
1.  Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2.   Reaksi orang lain,  merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3.  Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul.

Bias dalam Persepsi Sosial
Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain yaitu:
1.   Hallo Effect
Merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.

2.   Forked Tail Effect (negative hallo)
Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sensasi dan Persepsi adalah dua hal yang saling berhubungan.Karena persepsi adalah tindak lanjut dari sensasi. Sensasi adalah proses penerimaan  informasi dari sebuah objek yang berasal dari luar fisik melalui panca indra yang kemudian akan di kirim dengan berupa sinyal-siynal dan akan di terjemahkan oleh otak. Ketika sinyal-sinyal yang dikirim tersebut di terjemahkan oleh otak, maka akan muncul sebuah persepsi dari objek atau fenomena yang di tangkap oleh panca indra. Persepsi teori Gestalt adalah teori yang memandang suatu gejala sebagai suatu totalitas dari sebuah objek yang mengandung arti, yang disebut sebagai fenomena. Sedangkanpersepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi.
Saran
Tujuan dari mempersepsikan hal apa pun, terlebih sesama manusia, tidak sewajarnya jika hanya untuk mencari kekurangan orang lain, melainkan agar dapat saling mengerti keadaan satu sama lain dan tercipta hubungan yang harmonis antar sesama. Oleh karenanya, kita harus tetap menjaga positif feeling terhadap orang lain dan menjaga hal-hal yang dapat merenggangkan hubungan. Jangan sampai hanya karena salah persepsi kita terhadap sesuatu yang ada dalam sensasi kita, memunculkan suatu masalah.






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar