BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sensasi dan
Persepsi
1.
Sensasi
Sensasi (sensation) berasal dari bahasalatin sensatus yang berarti
di anugrahi dengan indra atau intelek, atau dari kata sense yang artinya alat
indra yang menghubungkan organisme dengan lingkungan. Menurut Dennis Coon,
“Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan
penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indera.”
Sensasi adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris
(enegi fisik dari lingkungan) melalui pengindraan dan menerjemahkan informasi
tersebut menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna. Yang sangat berperan dalam
sensasi ini adalah alat indra. Karena sensasi merupakan penerimaan stimulus
(rangsangan) melalui indera, dan sensasi lebih cenderung hubungannya dengan
perasaan.Dan alat penginderaan itulah yang menghubungkan organisme dengan
lingkungannya. Sensasi itu sebagai proses atau pengalaman elementer yang timbul
apabila satu perangsang merangsang satu reseptor atau proses merasakan.
a.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Sensasi
Bagian penting dari teori deteksi sinyal yang berpengaruh besar
terhadap psikologi adalah implikasinya dalam pembelajaran ambang
penginderaan. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa ambang
penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor yang mempengaruhi ambang
penginderaan adalah :
·
kekuatan
sinyal;
·
sifat-sifat
tugas/pekerjaan;
·
harapan
individu;
·
konsekuensi-konsekuensi
berupa penghargaan atau hukuman;
·
norma/standar/ukuran
yang dikenakan individu.
Pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi ambang
penginderaan manusia di atas memungkinkan kita untuk memahami mengapa dan
bagaimana individu hanya menerima stimulus/informasi tertentu darin sekian
banyak.
b.
Teori
Sensasi
Sensasi (sensation) mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi
dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umunya berkaitan dengan struktur dan
proses mekanisme sensorik. beserta stimulasi yang mempengaruhi
mekanisme-mekanisme tersebut.
Deteksi energi fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh
benda-benda fisik, sel-sel tubuh yang melakuakan penderteksi ini, organ
inderawi ( mata, telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses
penginderaan menyadarkan kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen
kesadaran yang lain. Tanpa sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti
sesungguhnya dunia nyata.Tapi untuk membuat dunia yang mendera indera kita
menjadi sesuatu yang masuk akal.
Ø Sensasi Normal
Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap pengalaman
sensori.Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem
persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga
tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu.
Ø Sensasi Murni
Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun
asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya yang
telah kita lihatsebelumnya.sensasi murni itu terjadi mungkin dalam peristiwa
saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama kali kepada seseorang yang
sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat (Mahmud, 1990:41)
2. Persepsi
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk
individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang
lainnya (Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan
mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang
bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu
menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya.Pada kenyataannya sebagian besar
sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.Secara
etimologis, persepsi (perception) berasal dari bahasa Latin perception, yang
artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah
pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Persepsi itu sendiri adalah sebuah proses
saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka dan seringkali didasarkan pada persepsi
mereka tentang kenyataan. Dengan kata lain,persepsi itu adalah sebuah respons
yang kita berikan akibat dari sensasi yang kita terima dan respons tersebut
cenderung berhubungan dengan pengalaman kita. Persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.
Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut
diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses
persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan
merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.
Menurut Yusuf (1991:108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil
pengamatan”. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan
dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek, persepsi dapat
dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal
dunia riil yang fisik. Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu
proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi
mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian
stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan
cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003)
mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai
proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan
proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya
tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya,
motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang
ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang
berarti.
B.
Persepsi Teori Gestalt
1. Sejarah munculnya teori Gestalt
Orang yang dipandang menjadi perintis langsung psikologi Gestalt
ialah Chr.von Ehrenvels, dengan karyanya Uber Gestaltqualitation( 1890
). Berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molecular, aliran ini
menekankan pentingnya keseluruhan. Pokok pikiran aliran ini ialah :
·
Gestalt
mempunyai sesuatu yang yang melebihi jumlah unsur-unsurnya, dan
·
Gestalt
itu timbul lebih dahulu daripada bagian-bagian.
Selanjutnya orang yang dipandang benar-benar sebagai pendiri aliran
ini ialah Wertheimer.Eksperimen-eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung
(gerak semu) memberikan kesimpulan, bahwa pengamatan mengandung hal yang
melebihi jumlah unsur-unsurnya.Ini adalah gejala Gestalt. Penelitian dalam
bidang optik ini kemudian juga di pandang berlaku (kesimpulan serta
prinsip-prinsipnya) di bidang lain, seperti misalnya di bidang belajar. Lebih
jauh eksperimen-eksperimen W. Kohler dengan chimpanse yang dilakukan di pulau
Tenerife (1913 – 1917) memberikan kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan dengan
teori-teori molekular. Psikologi Gestalt bermula pada lapangan
pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan
ini. Ketika para ahli psokologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke
masalah belajar,maka hasil-hasil yang telah kuat/sukses dalam pengamatan itu di
bawanya dalam studi mengenai belajar, dan alasan-alasan yang dulunya di tujukan
terhadap teori asosiasi kini di lancarkan terhadap teori refleks bersyarat, dan
teori-teori refleks yang lain. Tokoh utama yang merumuskan transfer dari
pengamatan ke belajar ini ialah Koffka.Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau
prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat di transfer kepada
hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami
hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.
2. Pengertian Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas.Data-data
yang paling penting dalam psikologi Gastalt adalah phenomena (gejala).Dalam
suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.Obyek merupakan sesuatu
yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut
menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek
itu.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi
melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan,
pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap
teori strukturalisme.Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian
sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt
Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh.
3.Aplikasi Teori Belajar Gestalt
a)
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami
proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses
belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu
problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Pengalaman tilikan (insight)
: bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu
unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
3) Perilaku bertujuan
(purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya
terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space) :
bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan
dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5) Transfer dalam Belajar : yaitu
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi
lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang
tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas
dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
b)
Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses
pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight,
individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses
trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar,
ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada
individu tergantung pada :
·
Kesanggupan
: Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
·
Pengalaman
: Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu
akan menyebabkan munculnya insight.
·
Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin
sulit diatasi
·
Latihan
:Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang
bersamaan
·
Trial
and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang
akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight
untuk memecahkan masalah tersebut.
c)
Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan
berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul
dan terbukti secara eksperimental.Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan
pengaruh gosip/rumor.Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada.
Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan
kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun
belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.
C.Persepsi sosial
Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa persepsi dapat
diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Atau dengan
kata lain persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang
ditangkap oleh inderawi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang
sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang
yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi.
Namun demikian seperti telah dipaparkan diatas, karena yang dipersepsi itu
manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat
memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan
dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang
masing-masing mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan,
harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang
lain, yang akan dapat berengaruh dalarn mempersepsi manusia atau orang
tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka ada beberapa hal yang dapat
ikut berperan dan dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan
dipersepsi.
2. Situasi atau keadaan sosial yang melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan orang yang mempersepsi.
Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi sosial yang
melatar belakangi stimulus person berbeda akan berbeda hasil persepsinya.
Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain
keadaan pribadi orang yang mempersepsi akan berpengaruh dalam seseorang
mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena persepsi merupakan
aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas dasar pengalaman
merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi akan lain
hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang
sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri
orang yang mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yang melatar-belakangi stimulus person
juga akan ikut berperan dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial
yang melatar belakangi berbeda, hal tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil
persepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi
sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkan kekerasannya, hal tersebut akan
mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagai stimulus person. Keadaan tersebut
dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya.Karena itu situasi sosial yang
melatar belakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam persepsi,
khususnya persepsi social.
Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai
persepsi social yang sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi social
yang berbeda tentang stimulus yang ada dilingkungannya. Hal ini disebabkan
antara lain oleh pengaruh social budaya dari lingkungan individu, objek yang
dipersepsi, motiv individu, dan kepribadian individu. Lebih jauh, sarwono
(2002) menambahkan bahwa persepsi social juga sangat tergantung pada
komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi yang terjadi antara satu individu
dengan individu lainnya akan mempengaruhi persepsi diantara keduanya.
Komunikasi disini menurut Sarwono (2002) bukan hanya sebatas komunikasi verbal
melainkan juga komunikasi non-verbal yang terjadi antara keduanya, seperti
gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.
Selanjutnya, persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari
kognisi social (akan dibahas selanjtnya), yaitu pembentukan kesan-kesan tentang
karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain
tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat
baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus
yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang
sebagai stimulus yang diamati.
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan
pada dimensi evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi
penentu untuk berinteraksi dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial
timbul karena adanya kebutuhan untuk mengerti dan meramalkan orang lain. Maka
dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling berkaitan, yaitu:
1. Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan
pemahaman tentang orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2. Reaksi orang lain, merupakan aksi individu
menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak
terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain
mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3. Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain
mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul.
Bias dalam Persepsi Sosial
Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain
yaitu:
1. Hallo Effect
Merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten.
Hallo effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan
persepsinya hanya pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.
2. Forked Tail Effect (negative hallo)
Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan
orang hanya berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sensasi dan Persepsi adalah dua hal yang saling berhubungan.Karena
persepsi adalah tindak lanjut dari sensasi. Sensasi adalah proses
penerimaan informasi dari sebuah objek
yang berasal dari luar fisik melalui panca indra yang kemudian akan di kirim
dengan berupa sinyal-siynal dan akan di terjemahkan oleh otak. Ketika
sinyal-sinyal yang dikirim tersebut di terjemahkan oleh otak, maka akan muncul
sebuah persepsi dari objek atau fenomena yang di tangkap oleh panca indra.
Persepsi teori Gestalt adalah teori yang memandang suatu gejala sebagai suatu
totalitas dari sebuah objek yang mengandung arti, yang disebut sebagai
fenomena. Sedangkanpersepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk
mengetahui, menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi,
tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri
orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang
dipersepsi.
Saran
Tujuan dari mempersepsikan hal apa pun, terlebih sesama manusia,
tidak sewajarnya jika hanya untuk mencari kekurangan orang lain, melainkan agar
dapat saling mengerti keadaan satu sama lain dan tercipta hubungan yang
harmonis antar sesama. Oleh karenanya, kita harus tetap menjaga positif feeling
terhadap orang lain dan menjaga hal-hal yang dapat merenggangkan hubungan.
Jangan sampai hanya karena salah persepsi kita terhadap sesuatu yang ada dalam
sensasi kita, memunculkan suatu masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar