Evaluasi Pendidikan dan Prinsip-prinsipnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Pendidikan
1.
Pengertian Evaluasi Dan
Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah, kata
evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab: al-Taqdir
(التقدير); dalam bahasa Indonesia berarti: peniaian.
Akar katanya adalah value; dalam bahaasa Arab: al-Qimah ((القيمة;
dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. Dengan demikian secara harfiah,
evaluasi pendidikan (educational evaluation = al-Taqdir al-Tarbawiy = التتقدير
التربوي ) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam bidang pendidikan
atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Menurut
Sudjana (1990:31) evaluasi adalah”proses pemberian atau menentukan nilai kepada
objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Sedangkan menurut Rusli
(1990:22) bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah ”suatu proses sistematik
untuk menentukan sampai berapa jauh tujuan intruksional yang dapat dicapai oleh
siswa.
Menurut Stufflebeam, dkk (1971)
mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya
evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi
yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Secara garis besar
dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas
sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002)[1].
Kemudian, sebagaimana
dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila
definisi Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) digunakan untuk memberi
definisi tentang evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi
pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan
maksud untuk) atau suatu proses (yang berlangsung dalam rangka) menentukan
nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya
evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan
sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.[2]
2.
Perbedaan antara Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Untuk memahami
pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat
contoh berikut :
- Apabila ada seseorang yang memberikan
kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu panjang dan yang satu
lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan
cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama
digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih
sebaliknya.
- Peristiwa menjual dan membeli di
pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering kali kita
membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya
kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang
ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan
layak dibeli.
Dari kedua contoh
diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum
menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita
akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena
pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh
yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan
bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut.
Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang manis.
Untuk mengadakan
penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1
diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang
lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan
pengaris kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran
panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat
mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah
yang kita ambil.
Dalam contoh yang ke 2,
kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya.
Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan
beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten
tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian
yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli.
Dari hal ini kita dapat
mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran, yakni ukuran
baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa,
jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan
pengalaman.
Langkah-langkah
mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang
dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat
mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.
Berdasarkan contoh
diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi
sebagai berikut :
a.
Pengukuran adalah
kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.
- Penilaian adalah kegiatan mengambil
keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan
bersifat kualitatif. Sedangkan
- Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi
pengukuran dan penilaian
B.
Tujuan Evaluasi Pendidikan
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar
adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa :
1.
Penempatan
pada tempat yang tepat
2.
Pemberian
umpan balik
3.
Diagnosis
kesulitan belajar siswa
4.
Penentuan
kelulusan
Untuk masing-masing tindak lanjut yang di kehendaki ini diadakan
tes, yang diberi nama :
1.
Tes
Penempatan
2.
Tes
formatif
3.
Tes
diagnosis
4.
Tes
sumatif
Tugas seorang guru dalam kaitan dengan evaluasi di tingkat kelas
lebih khusus ditujukan untuk memberikan umpan balik, maka dalam paparan ini
titik berat akan diletakkan pada tes formatif.
C.
Fungsi Evaluasi pendidikan
Fungsi evaluasi ada beberapa hal :
1.
Evaluasi
berfungsi selektif, guru memiliki cara untuk megadakan Seleksi bagi calon
mahasiswa, untu memilih apakah atau tidak siswa naik ke tingkat berikutnya,
untuk memilih Siwa yang harus beasiswa, untuk memilih siswa yang memiliki hak
untuk meninggalkan sekolah.
2.
Evaluasi
berfungsi diagnostik, guru akan tahu kelemaha-kelemahan pada siswa dan tahu
penyebabanya dan tahu bagaimana menanganinya.
3.
Evaluasi
berfungsi sebagai penempatan, guru dapat menmpatkan kemempuan siswa yang
memiliki sama dan kelompok yang sama.
4.
Evaluasi
berfungsi sebagai ukuran keberhasilan, ini bermaksud minggu untuk menentukan
sejauh mana keberhasilan program.[3]
D.
Prinsip-prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakuakan
evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempurnanay teknik
evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip
penunjangnyamaka hasil evaluasi pun akan berkurang dari apa yang diharapkan.
Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai berikut :
1.
Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di
samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran (ingat segitiga
Tyler). Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi
merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu,
perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara
harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak
disajikan
2.
Keterlibatan
siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk
dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar
yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian,
evaluasi bagi siswa sendiri merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin
dihindari. Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi
kebutuhan siswa akan informasi mengenai kemajuannya dalam program
belajar-mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak di evaluasi.
3.
Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan
dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan
yang hendak diukur. Tidak dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau
evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan dalam
kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi
berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur.
4.
Pedagogis
Di samping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi
juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau
dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat
motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya
dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang
berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak / kurang berhasil.
5.
Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban (accountability). Pihak-pihak yang termaksud antara lain
orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga
pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar
siswa agar dapat dipertimmbangkan manfaatnya.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Evaluasi dapat dikatakan sebagai pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu.
Sedangkan jika di kaitkan dengan pendidikan, maka evaluasi diartikan sebagai kegiatan
atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu atau
hasil-hasilnya. Evaluasi merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan, agar
dapat meningkatkan kualitas pendidikan jika memang terdapat kekurangan, dan
dapat mempertahankan mutu pendidikan jika memang telah mencapai target dan
tujuan pembelajaran. Dan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
melakukan evaluasi antara lain prinsip keterpaduan, keterlibatan siswa,
koherensi, pedagogis, dan akuntabilitas.
Daftar Pustaka
Sudirjo,
Anas.(2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Daryanto.(2008).Evaluasi
Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
Navel
Oktaviandy, https://navelmangelep.wordpress.com.
Muhammad
Yuda Fauzi, http://yudafauzy.blogspot.co.id/.
http://www.dosenpendidikan.com
[1] Navel
Oktaviandy, https://navelmangelep.wordpress.com. Diunduh pada 15 Februari 2016
[3]
http://www.dosenpendidikan.com
[4] Drs.H.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan... hal. 19-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar