Selasa, 16 Februari 2016

Evaluasi Pendidikan dan Prinsip-prinsipnya


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan
1.      Pengertian Evaluasi  Dan Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab: al-Taqdir (التقدير); dalam bahasa Indonesia berarti: peniaian. Akar katanya adalah value; dalam bahaasa Arab: al-Qimah ((القيمة; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation = al-Taqdir al-Tarbawiy = التتقدير التربوي ) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Menurut Sudjana (1990:31) evaluasi adalah”proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Sedangkan menurut Rusli (1990:22) bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah ”suatu proses sistematik untuk menentukan sampai berapa jauh tujuan intruksional yang dapat dicapai oleh siswa.
 Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002)[1].
Kemudian, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila definisi Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) digunakan untuk memberi definisi tentang evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses (yang berlangsung dalam rangka) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.[2]
2.      Perbedaan antara Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat contoh berikut :
  1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya.
  2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli.
Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang manis.
Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil.
Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli.
Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran, yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman.
Langkah-langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.
Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai berikut :
a.       Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.
  1. Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan
  2. Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian
B.     Tujuan Evaluasi Pendidikan
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa :
1.      Penempatan pada tempat yang tepat
2.      Pemberian umpan balik
3.      Diagnosis kesulitan belajar siswa
4.      Penentuan kelulusan
Untuk masing-masing tindak lanjut yang di kehendaki ini diadakan tes, yang diberi nama :
1.      Tes Penempatan
2.      Tes formatif
3.      Tes diagnosis
4.      Tes sumatif
Tugas seorang guru dalam kaitan dengan evaluasi di tingkat kelas lebih khusus ditujukan untuk memberikan umpan balik, maka dalam paparan ini titik berat akan diletakkan pada tes formatif.

C.    Fungsi Evaluasi pendidikan
Fungsi evaluasi ada beberapa hal :
1.      Evaluasi berfungsi selektif, guru memiliki cara untuk megadakan Seleksi bagi calon mahasiswa, untu memilih apakah atau tidak siswa naik ke tingkat berikutnya, untuk memilih Siwa yang harus beasiswa, untuk memilih siswa yang memiliki hak untuk meninggalkan sekolah.
2.      Evaluasi berfungsi diagnostik, guru akan tahu kelemaha-kelemahan pada siswa dan tahu penyebabanya dan tahu bagaimana menanganinya.
3.      Evaluasi berfungsi sebagai penempatan, guru dapat menmpatkan kemempuan siswa yang memiliki sama dan kelompok yang sama.
4.      Evaluasi berfungsi sebagai ukuran keberhasilan, ini bermaksud minggu untuk menentukan sejauh mana keberhasilan program.[3]

D.    Prinsip-prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakuakan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempurnanay teknik evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnyamaka hasil evaluasi pun akan berkurang dari apa yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai berikut :
1.      Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran (ingat segitiga Tyler). Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan  pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan
2.      Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa sendiri merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari. Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar-mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak di evaluasi.
3.      Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur.
4.      Pedagogis
Di samping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak / kurang berhasil.
5.      Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability). Pihak-pihak yang termaksud antara lain orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimmbangkan manfaatnya.[4]


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Evaluasi dapat dikatakan sebagai pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Sedangkan jika di kaitkan dengan pendidikan, maka evaluasi diartikan sebagai kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Evaluasi merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan, agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan jika memang terdapat kekurangan, dan dapat mempertahankan mutu pendidikan jika memang telah mencapai target dan tujuan pembelajaran. Dan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi antara lain prinsip keterpaduan, keterlibatan siswa, koherensi, pedagogis, dan akuntabilitas.



Daftar Pustaka
Sudirjo, Anas.(2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Daryanto.(2008).Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
Navel Oktaviandy, https://navelmangelep.wordpress.com.
Muhammad Yuda Fauzi, http://yudafauzy.blogspot.co.id/.
http://www.dosenpendidikan.com


[1] Navel Oktaviandy, https://navelmangelep.wordpress.com. Diunduh pada 15 Februari 2016
[2] Muhammad Yuda Fauzi, http://yudafauzy.blogspot.co.id/. Diunduh pada 16 Februari 2016
[3] http://www.dosenpendidikan.com
[4] Drs.H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan... hal. 19-21